بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu
Pada ketika ini banyak isu-isu yang berkenaan tajuk di atas yang berlaku di negara kita yang dicintai ini. Setiap orang pasti mempunyai pendapat masing-masing berkenaan pemimpin yang dipilih di peringkat negara, negeri, tempatan dan sebagainya.
Penulis pada hari ini ingin menulis perkara berkenaan pemimpin secara umum. Maksudnya bukan bicara sebagai pemimpin negara, negeri atau tempatan sahaja, tetapi apa yang penulis ingin sampaikan adalah kepada semua orang yang ingin menjadi pemimpin kepada diri sendiri, keluarga, organisasi, kumpulan, jemaah dan sebagainya.
Apa yang ingin penulis sampaikan pada hari ini adalah ciri-ciri pemimpin yang perlu ada dalam diri yang dipersetujui oleh penulis mengikut kata-kata dari orang di luar sana.
1) Berupaya menjaga agama dan menegakkan syariat Allah.
"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." (Al-Jaatsiyah 45:18)
2) Memiliki kekuatan atau kesihatan fizikal, spiritual dan mental untuk menanggung kerja dan amanah yang dipikul.
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah 2:247)
3) Memiliki sifat taqwa dan berintegriti
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."(Al-Hujuraat 49:13)
4) Amanah, adil dan tidak berlaku zalim atau mengamalkan diskriminasi
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Maa'idah 5:8)
5) Bertanggungjawab dan tidak sombong terutama kepada pengikutnya
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman 31:18)
6) Tegas dan berpegang teguh kpd prinsip adil, amanah dan integriti
"Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (Ar-Rahman 55:9)
7) Berakhlak dan berbudi pekerti mulia
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (Shaad 38:46)
8) Menunaikan janji dan tidak berdusta atau berbohong
"Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta."(At-Taubah 9:77)
Demikianlah apa yang penulis dapat sharekan. Semoga dapat manfaat insyaa Allah.
Alhamdulillah
Peace.
Tuesday, 23 September 2014
Thursday, 18 September 2014
Mulut bicara, Hati diam
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu
Mulut bicara, hati diam
Apa yang dimaksudkan dengan tajuk di atas? Pasti ada pembaca yang dapat menafsirkan atau memberi gambaran apa yang difikirkan. Mari kita renung sejenak......
Bagi pandangan penulis pula, kadangkala mulut kita akan mengeluarkan kata-kata yang kurang sesuai atau elok pada masa yang tidak sesuai dan sebagainya. Contohnya apabila kita didorong dengan perasaan marah disebabkan nafsu kita sendiri atau kita sudah biasa dalam perbuatan harian kita untuk berkata-kata yang menyakitkan atau menyinggung perasaan orang lain. Apakah puncanya? adakah dengan menggunakan alasan 'itu adalah diri aku' atau 'maaf, aku hanya manusia biasa' dengan tidak cuba ambil sikap untuk mengubah malah langsung tidak berusaha.
Ya, penulis faham bukannya mudah, kerana penulis juga tidak lepas dari membuat kesilapan, oleh itu, penulis cuba mengkaji sikap diri sendiri ini yang tidak mendatangkan faedah. Sekiranya apa yang keluar dari mulut itu kata-kata yang baik, pasti memberi manfaat kepada diri dan juga orang lain. Namun, bagaimana di sebaliknya? mungkin memberi manfaat kepada orang lain atau mungkin akan merosakkan hubungan sesama kita. Fikirkan...
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, " (Al-Mukminun 23:1-3)
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah 2:262-263)
Bacalah ayat Al-Quran ini dengan tenang dan lapang hati, dan cuba fahamkan dan renungkan.
Sedangkan Allah berfirman bahawa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan perasaan.
Ya bukan mudah, namun sekiranya mudah bukan jihadlah namanya. Insyaa Allah
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Al-Baqarah 2:153)
Alhamdulillah
Peace.
Mulut bicara, hati diam
Apa yang dimaksudkan dengan tajuk di atas? Pasti ada pembaca yang dapat menafsirkan atau memberi gambaran apa yang difikirkan. Mari kita renung sejenak......
Bagi pandangan penulis pula, kadangkala mulut kita akan mengeluarkan kata-kata yang kurang sesuai atau elok pada masa yang tidak sesuai dan sebagainya. Contohnya apabila kita didorong dengan perasaan marah disebabkan nafsu kita sendiri atau kita sudah biasa dalam perbuatan harian kita untuk berkata-kata yang menyakitkan atau menyinggung perasaan orang lain. Apakah puncanya? adakah dengan menggunakan alasan 'itu adalah diri aku' atau 'maaf, aku hanya manusia biasa' dengan tidak cuba ambil sikap untuk mengubah malah langsung tidak berusaha.
Ya, penulis faham bukannya mudah, kerana penulis juga tidak lepas dari membuat kesilapan, oleh itu, penulis cuba mengkaji sikap diri sendiri ini yang tidak mendatangkan faedah. Sekiranya apa yang keluar dari mulut itu kata-kata yang baik, pasti memberi manfaat kepada diri dan juga orang lain. Namun, bagaimana di sebaliknya? mungkin memberi manfaat kepada orang lain atau mungkin akan merosakkan hubungan sesama kita. Fikirkan...
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, " (Al-Mukminun 23:1-3)
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah 2:262-263)
Bacalah ayat Al-Quran ini dengan tenang dan lapang hati, dan cuba fahamkan dan renungkan.
Sedangkan Allah berfirman bahawa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan perasaan.
Ya bukan mudah, namun sekiranya mudah bukan jihadlah namanya. Insyaa Allah
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Al-Baqarah 2:153)
Alhamdulillah
Peace.
Subscribe to:
Posts (Atom)