Tuesday 23 September 2014

Pemimpin di mata penulis

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Pada ketika ini banyak isu-isu yang berkenaan tajuk di atas yang berlaku di negara kita yang dicintai ini. Setiap orang pasti mempunyai pendapat masing-masing berkenaan pemimpin yang dipilih di peringkat negara, negeri, tempatan dan sebagainya.

Penulis pada hari ini ingin menulis perkara berkenaan pemimpin secara umum. Maksudnya bukan bicara sebagai pemimpin negara, negeri atau tempatan sahaja, tetapi apa yang penulis ingin sampaikan adalah kepada semua orang yang ingin menjadi pemimpin kepada diri sendiri, keluarga, organisasi, kumpulan, jemaah dan sebagainya.

Apa yang ingin penulis sampaikan pada hari ini adalah ciri-ciri pemimpin yang perlu ada dalam diri yang dipersetujui oleh penulis mengikut kata-kata dari orang di luar sana.

1) Berupaya menjaga agama dan menegakkan syariat Allah.
"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." (Al-Jaatsiyah 45:18)


2) Memiliki kekuatan atau kesihatan fizikal, spiritual dan mental untuk menanggung kerja dan amanah yang dipikul.
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah 2:247)

3) Memiliki sifat taqwa dan berintegriti

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."(Al-Hujuraat 49:13)

4) Amanah, adil dan tidak berlaku zalim atau mengamalkan diskriminasi

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Maa'idah 5:8)

5) Bertanggungjawab dan tidak sombong terutama kepada pengikutnya

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman 31:18)

6) Tegas dan berpegang teguh kpd prinsip adil, amanah dan integriti

"Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (Ar-Rahman 55:9)

7) Berakhlak dan berbudi pekerti mulia
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (Shaad 38:46)

8) Menunaikan janji dan tidak berdusta atau berbohong
"Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta."(At-Taubah 9:77)

Demikianlah apa yang penulis dapat sharekan. Semoga dapat manfaat insyaa Allah. 



Alhamdulillah
Peace.

Thursday 18 September 2014

Mulut bicara, Hati diam

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Mulut bicara, hati diam

Apa yang dimaksudkan dengan tajuk di atas? Pasti ada pembaca yang dapat menafsirkan atau memberi gambaran apa yang difikirkan. Mari kita renung sejenak......

Bagi pandangan penulis pula, kadangkala mulut kita akan mengeluarkan kata-kata yang kurang sesuai atau elok pada masa yang tidak sesuai dan sebagainya. Contohnya apabila kita didorong dengan perasaan marah disebabkan nafsu kita sendiri atau kita sudah biasa dalam perbuatan harian kita untuk berkata-kata yang menyakitkan atau menyinggung perasaan orang lain. Apakah puncanya? adakah dengan menggunakan alasan 'itu adalah diri aku' atau 'maaf, aku hanya manusia biasa' dengan tidak cuba ambil sikap untuk mengubah malah langsung tidak berusaha. 

Ya, penulis faham bukannya mudah, kerana penulis juga tidak lepas dari membuat kesilapan, oleh itu, penulis cuba mengkaji sikap diri sendiri ini yang tidak mendatangkan faedah. Sekiranya apa yang keluar dari mulut itu kata-kata yang baik, pasti memberi manfaat kepada diri dan juga orang lain. Namun, bagaimana di sebaliknya? mungkin memberi manfaat kepada orang lain atau mungkin akan merosakkan hubungan sesama kita. Fikirkan...

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, " (Al-Mukminun 23:1-3)

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah 2:262-263)

Bacalah ayat Al-Quran ini dengan tenang dan lapang hati, dan cuba fahamkan dan renungkan. 

Sedangkan Allah berfirman bahawa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan perasaan. 

Ya bukan mudah, namun sekiranya mudah bukan jihadlah namanya. Insyaa Allah

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Al-Baqarah 2:153)

Alhamdulillah
Peace.


Wednesday 29 January 2014

Ilmu Yang Sahih

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ   
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Penulis bersyukur kepada Allah s.w.t, kerana zaman ini makin ramai yang ingin berhijrah daripada jahil atau tidak berilmu dalam agama ke arah mencari jalan yang diredhai Allah. Lebih-lebih lagi ramai belia yang makin suka berdakwah melalui alam siber ini. Namun begitu kita perlu tahu yang mana Haq dan yang mana Bathil

"Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka." (Muhammad 47:2)

Allah juga berfirman,
"Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? " (Huud 11:14)

Allah ajarkan kepada kita ilmu-ilmu supaya kita dapat melalui jalanNya dengan izinNya. Ingat! Apa yang penulis tekankan disini adalah Allah yang mengajar kita, kerana Allah Maha Mengetahui, melalui Rasulullah s.a.w, oleh kerana itu kita perlu berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah RasulNya, sejajar dengan satu hadis Rasulullah s.a.w. ketika khutbah Jumaat terakhir baginda,

Rasulullah bersabda " Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. iaitu Kitabullah dan Sunnah RasulNya.

Jadi di sini, penulis ingin kongsikan kepada pembaca-pembaca, atas sebab di laman sosial kini, ramai juga yang suka share hadis-hadis yang palsu namun begitu ramai juga yang akan share kan kembali tanpa mengetahui sama ada sesuatu hadis itu sahih atau tidak. Peringatan, apabila kita post sesuatu hadis Rasulullah yang palsu, ia umpama kita mengatakan apa yang Nabi tidak pernah beritahu, jadi itu dikira perkara yang diada-adakan atau dengan kata kasarnya fitnah

Berikut adalah jenis-jenis hadis yang utama :
1) Hadis Sahih
Hadis yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan oleh orang-orang yang sempurna hafalannya.
Syarat hadis sahih, iaitu:
a. sanadnya bersambung,
b. perawinya sudah baligh
c. berakal
d. tidak mengerjakan dosa
e. sempurna hafalannya
f. perawi yang ada dalam sanad itu adil dan hadis yang diriwayatkannya tidak bertentangan dengan ayat Al Quran.


2) Hadis Hasan
Hadis yang berhubung/bersambungan sanad dari permulaan hingga akhir dan periwayat-periwayat tersebut bersifat seperti Al-Hadis Sahih, tetapi mereka tidak mempunyai ingatan yang kuat. Disegi hafalannya kurang dari hadis shahih.


3) Hadis Dho'if
Hadis yang tidak bersambung sanadnya, atau di antara sanadnya ada orang yang cacat. Cacat yang dimaksud, rawinya bukan orang Islam, atau belum baligh, atau tidak dikenal orang, atau pelupa/pendusta/fasik dan suka berbuat dosa.


4) Hadis Maudhuk' [Hadis Palsu]
Hadis yang diriwayatkan oleh mereka dengan mendustakannya dari Nabi saw pada halnya nyata tidak. (Diriwayatkan berdasar kepentingan tertentu).


Sekiranya ingin belajar dengan lebih lanjut berkenaan hadis, silalah rujuk guru-guru, ustaz-ustaz, syeikh, ulama', dan juga orang-orang yang lebih pandai dari segi ilmu hadis. Carilah mereka yang lebih pakar dalam ilmu hadis, malah di luar sana juga terdapat kitab-kitab dari imam bukhari, muslim, abu dawud dan sebagainya, malah terdapat juga di online. Jadi tiada sebab untuk kita katakan yang susah untuk cari ilmu atau tiada masa sedangkan Allah beri kita cukup sifat untuk berfikir. UMAT ISLAM ITU PANDAI. 

Moga pembaca dapat manfaat dengan izin Allah s.w.t . 

Be Postive...
Alhamdulillah
Peace  

Monday 27 January 2014

Bahaya Apabila Tidak Berfikir

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kes meletakkan banner "Jesus is the son of Allah" di 3 gereja di Penang. Ramai yang melantun dan agak marah dengan tindakan meletakkan banner tersebut kerana statement itu bercanggah dengan akidah Islam kita. 

Namun begitu, apabila wartawan dan juga orang ramai bertanya kepada pihak gereja, mereka menegaskan bahawa bukan mereka yang meletakkan banner tersebut, tetapi mungkin terdapat pihak-pihak tertentu yang cuba mendatangkan sentimen-sentimen kebencian. 

Kemudian, pada pagi ini, penulis telah membaca dari satu akhbar yang melaporkan terdapat pihak yang melontarkan bom buatan sendiri dari botol arak ke arah salah satu gereja tersebut. Satu lagi insiden yang perlu diambil perhatian kerana tindakan yang tidak bertanggungjawab ini. 

Apa pendapat pembaca semua? Sekiranya benar bukan pihak gereja yang meletakkan banner tersebut, jadi siapakah yang bertanggungjawab? Mengapa ada pihak-pihak yang suka sangat membuat provokasi? 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Al-Hujuraat 49:6)


Apa yang ingin penulis tekankan di sini, periksalah sesuatu itu dengan teliti dahulu sebelum membuat tindakan yang meluru dan memberi kesan yang negatif. Fikirlah wahai pembaca sekalian...BERFIKIRLAH.


Jangan cepat melenting apabila mendengar sebuah berita atau cerita yang kita tidak suka, perbuatan yang membuatkan kita benci, berfikirlah dahulu, rujuk Al-Quran dan Sunnah RasulNya dahulu, jangan bertindak mengikut perasaan, risau kita akan menyesal di kemudian hari. Allah Maha Mengetahui. 


" Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. " (Al-Baqarah 2:190)

Renungkan, bukalah minda dan jadilah INSAN yang bertamadun. ISLAM ITU MAJU.

Alhamdulillah

Akhlak itu Penting?

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Terima kasih diucapkan dahulu kepada pembaca-pembaca yang sudi meluangkan masa untuk membaca apa yang ingin penulis sampaikan. Inilah entri pertama selepas kita menyambut Tahun Baru Masihi, maaf dipinta atas penulis tida meng'update'kan blog ini walaupun sudah tumbuh sesawang yang agak banyak dan boleh mendatangkan kemudaratan kepada pembaca-pembaca yang ada alergik kepada habuk. 

Tajuk kali ini penulis ingin bertanyakan, adakah akhlak itu penting? Kenapa penting? perlukah kita berakhlak baik? Adakah akhlak ini boleh mempengaruhi kehidupan seharian kita?

Apa itu akhlak? Menurut bahasa yang dikaji oleh penulis, akhlak bererti tabiat,kelakuan, perangai, tingkahlaku, adat, kebiasaan. Kita ada akhlak yang baik dan juga akhlak yang tidak baik. Sekiranya bertanyakan kepada pembaca yang mana perlu kita ada? pasti para pembaca menjawab akhlak yang baik. Mengapa?

Mari kita berfikir, bagaimana akhlak seseorang itu dapat mempengaruhi orang berdekatan yang lain, tidak kira di sekolah, tempat kerja, rumah atau juga tempat-tempat awam. Contohnya, akhlak sebagai guru, pastinya guru tersebut perlu menunjukkan contoh yang baik, kerana murid-murid atau pelajar-pelajar memandang tinggi ke atas guru-guru mereka yang mempunyai ilmu yang lebih dari diri mereka. Sama juga sebagai seorang ibu bapa yang dipandang anak sebagai guru nombor satu atau pemimpin, dan juga kakak atau abang di dalam sebuah keluarga. 

Di dalam negara juga sama, apabila rakyat-rakyat, pengikut-pengikut seseorang pemimpin, pasti akan memandang tinggi ke atas ketua-ketua mereka, secara logiknya, pemimpin yang berakhlak baik pasti mempunyai pengikut-pengikut yang berakhlak baik dan juga sebaliknya. Namun apa yang ingin pembaca tekankan di sini adalah supaya pembaca-pembaca sekalian cuba membukakan mata dan lihat keadaan kita sekarang.

Adakah akhlak kita boleh dikategorikan baik? Kenapa tidak? Sedangkan kita ini adalah umat Muhammad s.a.w?
Sedangkan ada juga pihak yang suka pecah belahkan sesama muslim sendiri, dengan cara-cara mereka sendiri. Mengapakan berlakunya sedemikian? 

Allah berfirman,
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al-A'raf 7:56)

Rahmat Allah amat dekat pada orang-orang yang berbuat baik, jadi bagaimana kita ingin berbuat baik? kepada siapakah yang kita perlu contohi? Mengikut pendapat pembaca semua, siapakah manusia yang sempurna?

Sudah pasti Nabi Muhammad s.a.w, Rasulullah terakhir yang diutuskan untuk kita sebagai pembawa berita gembira dan peringatan. 

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. " (Al-Ahzab 33:21)

Di sini, penulis berharap pembaca-pembaca dapat manfaat dari penulisan ringkas dalam tajuk akhlak ini. Ingin penulis ingatkan kepada pembaca-pembaca di luar sana, termasuk juga kepada yang ingin menjadi ustaz dan ustazah, pendakwah-pendakwah, rakyat Malaysia, manusia-manusia biasa, jagalah akhlak kamu dari segi perbuatan, percakapan dan juga penulisan. Janganlah berhujah atau berkata mengikut sangkaan atau nafsu amarah kerana kita adalah umat ISLAM, umat yang SEJAHTERA. Al-Quran dan Sunnah RasulNya, back to basic.

Peace

Wednesday 16 October 2013

Amanah - Penting

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Biasa sahaja kita mendengarkan perkataan 'AMANAH' ini dimana-mana sahaja seperti di sekolah, tempat kerja, di bank, dan sebagainya. Apa itu amanah? kenapa perlu kita mementingkan amanah ini? apakah perkara yang kita lakukan itu tidak dikira pecah amanah? 

Sempena hari raya AidilAdha, amanah juga memainkan peranan penting dalam mengerjakan ibadah. Dari segi pembahagian daging-daging kepada yang memerlukan. Namun begitu ada juga yang tidak sempurna pengurusannya, jadikan sebagai pelajaran kepada kita untuk membaik pulih akan pengurusan pembahagian dengan lebih baik. Penulis tekankan mengenai pengurusan ini adalah kerana ada juga pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab telah mengambil apa yang bukan hak mereka. Penulis mengetahui perkara ini dari sahabat penulis sendiri di masjid berdekatan rumahnya. Moga-moga perkara ini tidak terjadi di kawasan lain insyaa Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (AQ 8:27)

Allah memberi peringatan kepada kita pentingnya menjaga amanah itu, lebih-lebih lagi amanah yang telah diberikan kepada semua manusia. MENJALANKAN PERINTAH ALLAH DAN TINGGALKAN LARANGAN-NYA. 

Wahai sahabat-sahabat pembaca sekalian, muhasabahlah diri, lapangkan dada dan lihatlah diri, nasihat ini termasuk kepada diri penulis sendiri, apakah sudah cukup segala amalam-amalan kita sebagai pembawa amanah ini? Tidak kira diri itu pemimpin atau orang bawahan dalam sesebuah negara, organisasi, kumpulan, keluarga, sekiranya kita telah diberi tanggungjawab itu, buatlah dengan ikhlas dan bertanggungjawablah ke atas apa yang telah diamanahkan itu. Contohnya bekerja, buatlah kerja dengan sedaya upaya. Moga mendapat manfaat.

p/s - penulis tidak sempurna

Alhamdulillah
Peace

Sunday 13 October 2013

Kisah Nabi Ibrahim Di Dalam Al-Quran

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Sempena Hari Raya AidilAdha ini, penulis ingin sharekan kisah Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s. berkenaan korban di dalam Al-Quran. Semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya insyaa Allah. 

Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.(101)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."  (102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (103)
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (104)
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107)
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)
(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim."  (109)

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (110)
(Surah Ash Shaaffaat ayat 101-110)

Alhamdulillah
Peace